watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

KAMAR HOTEL 315

“Temui aku di Hotel H kamar 315, tapi
sebelumnya telp dulu ya Dik Sakti, siapa tahu
Mbak Ratna sedang keluar sebentar..” begitulah
pembicaraan yang singkat yang maknanya dapat
aku pahami dengan cepat. Oh ya, Mbak Ratna
sudah mengenalku kurang lebih setengah tahun,
tapi selama setengah tahun tersebut, kami hanya
sebatas berteman, karena perbedaan tempat
yang cukup jauh, aku di kota S sedang Mbak
Ratna di kota J. Dia mengenalku dari Mbak Vian,
ya semoga pembaca masih ingat dengan kisahku
di “Gelora Di Kolam Renang”. Tapi aku tidak tahu
apa hubungan antara Mbak Vian dengan Mbak
Ratna, menurut Mbak Vian sih hanya teman dari
“milist groups” (aku lupa namanya), di situ Mbak
Vian cerita tentang hubunganku dengannya. Dan
Mbak Ratna minta bagaimana agar bisa dikenalkan
denganku.
Singkatnya, pertemanan setengah tahun berjalan
sebatas kirim e-mail dan telepon, tapi tentu saja
dia yang telepon duluan. Mbak Ratna adalah janda
beranak 2, dia bekerja di bidang Public Service
sebuah perusahaan finance di kota J, tidak jelas
bagaimana ia menjanda, yang pasti mantan
suaminya orang melayu. Dari yang kubayangkan
selama ini lewat pembicaraan telepon, fisiknya
sedang-sedang saja, hanya suaranya, ya..
suaranya yang aku ingat selalu, berat dan serak,
mungkin karena dia perokok berat.
Berbekal uang recehan, aku datang ke hotel H,
dan melalui public phone, aku telepon ke kamar
315. Cukup lama nada dering telepon aku dengar
dan tidak ada yang mengangkat, tiba-tiba..
“Halo..” lho kok suara laki-laki? pikirku.
“Maaf Mbak Ratna ada?”
“Sebentar, dari siapa ini?”
“Sakti, saya sudah janji untuk bertemu sore ini,”
“Tante, ada orang namanya Sakti, katanya mau
ketemu..”
Terdengar suara mengeras memanggil nama
Ratna. Tante? Siapakah gerangan laki-laki ini?
“Ya Dik Sakti, aduh maaf Tante masih terima
Hand Phone dari teman di J, langsung aja deh
naik.”
Begitu pintu terbuka, aku kaget, ternyata
bayanganku tentang Mbak Ratna meleset seratus
persen! Umurnya 37 tahun, sedang aku saat itu
masih 25 tahun, kulitnya coklat, tidak cantik,
cenderung gemuk tinggi tubuhnya yang 160 cm
dengan berat 75 kg.
“Wah maaf ya, kenalin ini saudara Mbak di S,
namanya Andi, dia anak dari kakak Mbak yang
paling tua, kebetulan sedang kuliah di sini ambil
jurusan.. apa Di?”
“Manajemen,” jawab Andi singkat sambil berjabat
tangan formal sekali.
“Semester berapa kamu Di?”
“Baru semester dua kok Tante.”
“Oh ya ini Sakti, dia yang membantu Tante
urusan kantor di S,” jawabnya menutup-nutupi
yang sebenarnya, dan aku mendukung apa yang
dikatakannya.
“OK deh Tante, karena sudah ada Mas Sakti, Andi
permisi dulu, besok keretanya jam berapa sih,
biar Andi antar sama mama sekalian,” tawaran
Andi dijawab singkat Mbak Ratna.
“Ah, nanti aku telepon Mbak Ning deh, sekalian
besok minta dijemput main ke rumahmu, salam
buat mama dan papa ya, sampai ketemu besok.”
Jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam,
“Sampai dimana tadi Sakti.. oh ya, selamat
berjumpa deh dengan Mbak Ratna? Bagaimana
menurut Dik Sakti? Mbak Ratna gemuk ya? Hayoo
jujur saja, nggak perlu bohong?”
“Iya, untuk ukuran Mbak Ratna memang
tergolong gemuk, tapi nggak apa kok, lagian kami
sudah akrab kan setengah tahun ini,” aku
mencoba mencairkan suasana.
Mbak Ratna menyulut sebatang rokok Mild dan
menawariku,
“Terima kasih, aku lebih suka Dji Sam Soe Filter,”
sambil ikut merokok kepunyaanku sendiri.
“OK, sengaja aku tidak cerita fisik Tante, takut
kalau Dik Sakti nggak mau ketemu.”
“Ah Mbak Ratna salah mengira aku, aku tidak
melihat wanita dari fisiknya kok, gemuk, kurus,
cantik atau tidak, China atau Pribumi, pendek atau
tinggi, yang penting ‘permainan’-nya.”
Tiba-tiba aku langsung nyerocos.
“Lagi pula, aku juga tidak tampan dan bertubuh
atletik kan? aku hanya laki-laki biasa yang
beruntung bisa menemani beberapa wanita yang
maaf lho Tante.. seperti.. Mbak Ratna ini.”
Tiba-tiba, belum selesai rokok satu batang, Mbak
Ratna langsung merangkulku dan melumat
bibirku. Didekapnya tubuhku, dan terasa sesak
nafasku karena tubuhnya yang gemuk langsung
menindihku di tempat tidur. “Dik Sakti, sudah
sembilan bulan ini Mbak Ratna belum merasakan
sentuhan laki-laki, tolong Mbak Ratna ya..
oohhkk,” suaranya yang berat dan serak
memecahkan kesadaranku untuk ikut melayani
permainannya. Bayangan tubuhnya yang gemuk
sudah hilang dari pikiranku, karena untuk pertama
kali ini, aku menemui wanita yang berani
langsung tanpa pemanasan. Dan ciumannya aku
akui sangat panas (mungkin karena sembilan
bulan puasa). Belum selesai permainan pertama,
Mbak Ratna sudah mulai menanggalkan
pakaiannya satu persatu. Dan hebatnya, sambil
melepas pakaian, tangannya yang satu tidak
berhenti meraba kemaluanku yang masih rapat
tertutup celana. Aku sudah tegang sejak ia
mempermaikan kemaluanku.
“Ookkhh, Sakti, tunjukkan dong sama Mbak,
kemaluan kamu, sudah tegang tuh.. okkhh
yeess,”
Tidak sampai satu menit, kami berdua sudah
polos. Tubuh yang gemuk itu, berukuran
payudara sedang-sedang saja, tetapi rambut
kemaluannya jelas terawat sekali, panjang, lebat
tetapi lurus, dan sudah basah karena terangsang.
Batang kemaluanku langsung saja dituntun ke
mulutnya, dan hisapannya.. “Aaauu, pelan-pelan
Mbak, sakiit!” rupanya Mbak Ratna terlalu terburu-
buru. Kubimbing dia untuk bermain pelan-pelan.
“Terus Mbak! yaa, teerruss, ohh, pelan Mbak, ohh
terus, nah begitu,” sambil mukanya maju-
mundur, burungku terus dijilati seperti es krim.
Tidak perlu lama-lama menunggu, aku mulai ikut
mempermainkan bibir kemaluannya. Karena
sudah basah, aku tidak perlu kerja keras untuk
mengajaknya memasukkan batang kemaluanku
ke lubang kemaluannya. Dan rupanya Mbak Ratna
masih ingin mengulum batang kemaluanku,
walaupun sudah amat sangat keras dan tegang,
apa boleh buat, aku hanya bisa menunggu giliran
untuk menusuk lubang kemaluan yang sudah
sangat basah itu.
“Ohhk my God, Mmmbakk,” suaraku bergetar,
karena sudah ingin memuntahkan sperma.
Sepuluh menit hanya mengulum saja, segera
kupercepat gerakan, dan agak tersedak Mbak
Ratna semakin liar menghisap kemaluanku. Dan
aku mengeluarkan sperma di mulut Mbak Ratna,
tidak banyak, tapi cukup untuk memuaskan
nafsuku yang pertama. Aku klimaks hanya
dengan oral seks saja, dan Mbak Ratna masih
mengulum habis sekalian membersihkan sisa
sperma di kemaluanku. Dan lima menit
kemudian, burungku sudah mulai bereaksi
kembali. Kali ini Mbak Ratna semakin bernafsu,
dan belum tegang benar, aku sudah
dikangkanginya, posisiku di bawah, dan Mbak
Ratna di atasku. Wah, aku hampir sulit bernafas,
sepertinya (sialan) kali ini aku benar-benar habis
dikuasai permainan Mbak Ratna.
Dengan dibimbing tangan kiri Mbak Ratna,
burungku digenggam dan diarahkan ke lubang
kemaluannya. Mmhh.. hangat terasa dan diikuti
suara gesekan kemaluan dan dinding kemaluan
sebelah dalam. Mbak Ratna mulai bergerak naik-
turun, dan aku pasif saja menyaksikan apa yang
sedang dikerjakan. “Oh ya.. ohhkk yaa, uuchh,”
Mbak Ratna sangat aktif sekali, gerakannya
semakin tidak teratur, kini mulai bergerak maju-
mundur, dan kadang-kadang menghentak, dan
setengah melompat, seolah-olah ingin
menancapkan burungku dalam-dalam ke lubang
kemaluannya yang sudah sangat licin. “Dik Sakti
adduhh, gimana ini, oohh sshitt, aauuww,
ohhkk,” entah teriakan apa lagi yang kudengar,
Mbak Ratna semakin buas memainkan
pinggulnya, tetapi sangat berirama dengan
keluar-masuknya batang kemaluanku ke lubang
kemaluan Mbak Ratna.
Tiba-tiba Mbak Ratna berputar membelakangiku
dengan posisi masih di atas, dan batang
kemaluanku tertancap di lubang kemaluannya,
Mbak Ratna bertumpu dengan kedua kakinya
dengan posisi jongkok kembali menaik-turunkan
tubuhnya, ohhkk, sangat aktif sekali. Kini aku
hanya melihat bagian pantatnya saja, sambil
sesekali melihat gerakan kemaluanku yang sudah
basah dilumuri cairan dinding kemaluan Mbak
Ratna tampak keluar-masuk di lubang yang
nikmat sekali. “Oocchh, please.. huuhh.. hhuhh..
oohh ohh,” gerakannya makin cepat, dan kini
jelas sangat tidak beraturan. Kasur seperti
bergerak dihantam gelombang oleh permainan
Mbak Ratna sedang aku hanya rebahan
menikmati permainannya. Dan tiba-tiba, dia
memperlambat gerakannya dengan hujaman ke
bawah yang sangat keras, dengan demikian
burungku menusuk sangat dalam ke mulut
kemaluannya. “Aauuhh,” sedikit sakit karena
dipaksa.
Semakin lambat gerakan Mbak Ratna, tetapi
suaranya makin kencang (semoga tidak terdengar
sampai keluar). “Yeess.. yess.. yeess.. uuhh,
aakkhh, aakhh, oohh, oh.. oh.. oh.. ohh.. yees,
ouucchh.. oouucch, please, pleease.. pleeassee,
aaoucchh, shhitt!” Hening, dalam sekali batang
kemaluanku menusuk ke lubang kemaluan Mbak
Ratna, dan dibiarkan tetap di dalam, sementara
Mbak Ratna menggeliat, seolah ada gerakan
otomatis di dinding kemaluannya yang
mengurut-urut batang kemaluanku dengan
gerakan menjepit dan melebar, menjepit kembali
dan tiba-tiba hangat terasa, seperti ada cairan
tambahan.
Ya, aku sampai pada puncak klimaksku, ketika
dalam diam tersebut, ada gerakan otomatis dari
dinding kemaluan Mbak Ratna, seolah-olah
meremas kemaluanku dengan sangat teratur dan
diselingi desiran cairan kental yang membuat licin,
sehingga batang kemaluanku terasa berdenyut-
denyut dipompa oleh dinding kemaluan Mbak
Ratna. Dan kejadian yang singkat ini berlangsung
kurang dari setengah jam, adalah permainanku
yang terakhir di kota S. Sekarang aku sudah di J,
sekota dengan Mbak Ratna. Tetapi sejak di kota J
ini, justru aku tidak pernah lagi berhubungan
dengan Mbak Ratna. Sejak kejadian yang pertama
dengan Mbak Ratna, kami masih sempat bercinta
3 kali di kemudian hari, dan seperti permainan
kami yang pertama, aku hanya diam saja
menyaksikan permainan Mbak Ratna yang agresif
dan kutunggu sesuatu yang istimewa, gerakan
dinding kemaluannya, yang belum pernah
kutemui dengan wanita yang lain.
Ketika pembaca membaca pengalamanku ini, aku
beruntung dapat meneruskan hobiku di kota J ini,
karena selalu saja ada pembaca yang ingin
berkenalan dengan mengirimkan e-mail ke
alamatku. Dan dari perkenalan tersebut, walaupun
tidak semuanya, ada beberapa yang berani
mencoba untuk bercinta denganku. Dan kepada
pembaca yang ingin berkenalan dan siapa tahu
juga tertarik untuk mencoba, aku tunggu e-
mailnya. Salam buat Ratna (yang melepas
keperjakaanku, baca kisahku selanjutnya, Anggi,
Mbak Vian (cewek Chinese yang seksi), Mbak
Ratna (yang liar) yang sudah berbagi kepuasan
denganku.


Adult | GO HOME | Exit
1/2498
U-ON

inc Powered by Xtgem.com